Kamis, 28 Juni 2012

Review Hotel Bali 2012

Dua kali ke Bali di tahun 2012 ini, saya menginap di 3 hotel yang berbeda. Saya coba review satu-persatu;)
1. Harris Hotel - Sunset Road
Hotel ini baru dibuka akhir Maret 2012, seminggu sebelum saya menginap disana. Jadi bisa dipastikan bahwa semuanya masih serba baru dan tentunya bersih. Letaknya di jalan Pura Mertasari, kira-kira 200 meter dari Sunset Road, jadi masih cukup strategis untuk menuju objek wisata di Bali. Hotel ini cocok untuk bagi yang berwisata bersama keluarga. Ada kolam renang yang cukup luas, taman, internet corner, suasana yang tenang, pelayanan ramah dan fasilitas lainnya cukup lengkap. Kamarnya juga cukup lapang. Dikamar tempat saya menginap, ada pantry kecil yang cukup memadai, dengan kursi makan dan microwave.Dengan public rate Rp. 550.000,- per malam include breakfast yang cukup bervariasi, rasanya cukup pantas untuk hotel ini. Foto hotel ini sebagian saya ambil dari websitenya, http://sunsetroad-bali.harrishotels.com/




2. Tune Hotel - Kuta
Saya memesan Tune Hotel dengan ekspektasi cukup tinggi. Dengan slogannya, "Excellence doesn't have to come at a high price", tentunya saya berharap hotel yang bagus dengan harga yang murah. Saat itu saya memesan 3 minggu sebelum keberangkatan, dan memperoleh harga Rp. 330.000,- per malam include AC untuk 18 jam (karena saya menginap 2 hari) dan toilettres 1 set dan tanpa breakfast. Pelayanan hotelnya cukup ramah. Saya sedikit kecewa dengan keadaan kamar. Untuk kebersihan, no complain, standarlah. Tetapi, luas kamar hampir sama dengan luas tempat tidur, tanpa almari dan langit-langitnya cukup rendah, sehingga saya merasa sesak ketika berada dalam kamar, untunglah masih ada space untuk ukuran sajadah sholat;). 
www.tunehotels.com

Selain itu, AC kamar tidak terlalu dingin padahal sudah disetel di suhu minimal, akhirnya kami mengandalkan kipas angin yang bersuara cukup merdu :D Mungkin saya terlalu berekspektasi tinggi untuk budget hotel ini, atau, mungkin kesalahan saya adalah tidak memesan saat promo ;) Jujur dengan harga yang ditawarkan, menurut saya, masih banyak hotel yang berlokasi sama tetapi dengan fasilitas yang lebih baik.  Buat saya, untuk daerah pantai Kuta, saya lebih memilih Hotel Puri Asih, letaknya pun pas di pinggir Jalan Raya Kuta (Review disini ya). 

3. Tegalsari Accomodation - Ubud
Ketika berencana menginap di Ubud, saya belum menemukan rekomendasi akan menginap dimana, secara penginapan yang cozy dan super nyaman di Ubud harganya selangit semua. Kriteria saya, tempat penginapan ini harus tak jauh dari kawasan Monkey Forest dan Central Ubud, bersih dan cukup nyaman untuk honeymoon :D Browsing di beberapa travelblog, saya belum menemukan yang cocok. Akhirnya, beralih di tripadvisor.com, sekaligus untuk mereview destinasi kuliner dan wisata lainnya. Saya menemukan Tegalsari Accomodation, letaknya di jalan Hanoman, Ubud. Hotel ini pemenang Best TravellersChoice tahun 2010, 2011 dan sangat mungkin 2012 (menurut saya) ;p Peringkatnya pun, no 16 dari 105 hotel di Ubud. Jangan tanya yang peringkat diatasnya ya, secara harganya sama sekali ga masuk di kantong saya. 
Dari beberapa review, tidak ada yang kecewa dengan hotel ini, bahkan ratenya termasuk luar biasa. Booking hotel ini hanya melalui websitenya, http://www.tegalsari-ubud.com, mohon diingat bahwa booking harus dilakukan jauh-jauh hari karena hotel ini selalu fully booked. Pengalaman saya kemaren, 1 bulan sebelum kedatangan, itu saja saya tidak mendapat kamar yang saya mau. Komunikasi dilakukan lewat email dengan bahasa Inggris :D Saya sempat ragu dengan komunikasi hanya by email, setelah transfer saya konfirmasi by phone, ternyata benar booking dan transfer saya sudah tercatat.
Saya booked kamar paling murah (superior), ratenya Rp. 330.000, per malam tanpa breakfast. Plang nama hotel ini kecil sehingga cukup susah mencarinya. Dari  Denpasar, letak hotel ini sekitar 50m sebelum Bebek Bengil. Setelah konfirmasi di resepsionis, kita akan disuguhi welcome drink dan diajak tour singkat keliling hotel untuk mengetahui aneka fasilitas hotel. Pelayanannya amat sangat ramah dan sigap terhadap keluhan kita *empat jempol deh* dan mereka juga tidak membedakan tamu lokal dan asing, secara waktu kita menginap sepertinya tamu lokalnya cuma kita :D

Kamarnya lapang banget, bersih, AC dingin. Begitu keluar kamar, kita disuguhi hamparan sawah hijau dan kicauan burung serta kokok ayam di pagi hari (top markotop!) Selain itu, hotel ini ga pelit, sabun dan shampo disediakan dalam bentuk botol besar dengan handuk berbagai ukuran. Yang tidak ada cuma TV, tapi saya malah senang karena tidak ada yang mengganggu hunimun kami :D Oia, ada juga fasilitas free transfer ke central Ubud, kapan pun dan berapa kali pun. Sewa sepeda motor pun cukup murah, Rp.30.000 untuk 12 jam.
Kelaperan? atau membutuhkan sesuatu? nggak perlu kuatir, hotel ini dekat banget sama supermarket, Bebek Bengil, mini market 24 jam, Kakiang Bakery sampe Perama Tours, tinggal jalan kaki aja ;) Pengen makan di hotel juga bisa, harganya cukup murah dan enak pula. This is best hotel I ever stayed!!! *lebay tapi bener*

Rabu, 06 Juni 2012

Jalan-Jalan Bali 2012 : Ubud

Apa yang pertama kali terlintas ketika mendengar kata Ubud?
Jauh sebelum film Eat Pray Love diputar, saya sudah penasaran dengan Ubud. Meski berkali-kali ke Bali, ubud tak pernah masuk dalam daftar destinasi tour yang diadakan oleh travel agent. Ketika akhirnya saya pergi sendiri dengan suami di akhir 2010, Ubud wajib masuk dalam daftar destinasi. Kali itu, kami hanya mampir ke Monkey Forest dan museum Antonio Blanco. Tapi, dari perjalanan singkat itu, saya semakin tertarik dengan Ubud dan bertekad suatu saat saya harus berdiam menikmati Ubud.
Ubud, bagi saya begitu personal dan menenangkan. Entah darimana hal itu didapat. Tetapi buat saya, atmosfer berbeda itu begitu terasa bahkan hanya dengan membayangkan kata Ubud, mungkin terdengar lebay tapi beneran loh. 
Objek wisata yang yang wajib dikunjungi di Ubud antara lain Monkey Forest, Puri Ubud, aneka museum mulai museum Antonio Blanco, Neka, Rudana, sampai ke pasar seni Ubud, yang menurut saya, barang-barang yang dijajakan disitu berbeda dari pasar seni Bali lainnya. Lebih elegan, unik, dan nyeni :D Ato bisa juga bersepeda keliling Ubud, karena masih banyak sawah disekeliling Ubud.
Buat saya, hal yang paling saya suka adalah berjalan kaki keliling pusat Ubud, di seputaran jalan Hanoman, Monkey Forest, Raya Ubud. Menikmati suasana sekitar, penduduk lokal, para turis, sesekali mampir ke art shop yang banyak bertebaran di tepi jalan.
Jalanan Ubud

Sore hari, karena ingin menghemat tenaga, saya menyewa sepeda motor dengan suami, kami ingin memperluas jarak keliling Ubud tanpa harus gempor hehehe... Kami mengambil jalan menuju Tegalalang. Ternyata di sepanjang jalan, berjajar aneka kerajinan dari kayu dan kaca. Sekitar 15 menit perjalanan dari Ubud, kami melewati objek wisata Ceking Rice Terrace. Karena kami menggunakan sepeda motor berplat DK (Bali), kami bisa masuk tanpa dipungut biaya ;) Banyak sekali turis mancanegara yang berkunjung, mulai dari yang sekedar berfoto, hanya duduk-duduk sampai makan dan minum di cafe yang harganya lumayan untuk ukuran turis domestik ^_^.

from google
Selain wisata alam dan budaya, saya dan suami menyempatkan wisata kuliner di Ubud. Lumayan susah juga mencari tempat makan halal di Ubud, karena mayoritas turis yang berkunjung ke Ubud adalah turis asing. Yang paling terkenal tentu saja Bebek Bengil. Sebenarnya sudah ada tulisan halal di Bebek Bengil, tetapi karena Bebek Bengil juga menyajikan menu babi, saya tak berani makan. selain itu, harganya selangit, 1 porsi bebek dihargai IDR 70rb (bheeehhh...)
Saya mencoba menu lain yang lebih terjangkau dan halal, yaitu Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku. Nasi ayam ini terletak di jalan Kedewatan, ubud. Buka dari jam 09.00 sampai habis (biasanya sore). Isinya adalah ayam suwiran yang dibumbu pedas, urap bali, sate ikan dan sambal matah. Harganya terjangkau, cukup 15rb saja. 
Tempat makan lain yang saya coba adalah Balicow, warung steak yang menahbiskan diri sebagai satu-satunya warung steak halal di Ubud. Letaknya di jalan Lungsiakan. Menu yang kami coba adalah Argentina Steak dan Gorgonzola Pizza. Harganya juga tidak begitu mahal. Hanya, cara memasak di warung ini dengan cara barat, setiap steak dimasak medium rare. Jadi, kita harus memberi pesan khusus untuk memasak hingga welldone ;) Pizzanya juga dimasak ala barat, tipis, bawahnya tidak gosong dan rasa kejunya berbeda dengan keju indonesia ;)

Malam harinya, secara kebetulan kami bertemu penduduk lokal yang akan mengadakan upacara di pura. Meskipun beda keyakinan, saya tetap takjub dengan aneka tarian, pakaian adat dan musik khas bali yang mereka peragakan di sepanjang jalan. Ubud memang menakjubkan!